Cerpen yang Terinspirasi dari Salah Satu Lagu Tulus



Bersama Hujan

                Atmosfer kesenduan beradu kemudian bersatu bersama derasnya air hujan, menyisakan sedu sedan beriring naik turunnya bahumu terseling isak tangis yang terdengar pilu. Nyaris setengah jam terdiam menatap wajahmu yang biasa terlihat tegar kini kembali runtuh bersama runtuhya langit yang terbawa hujan. Cinta yang satu tahun kau damba bersama harapan kau bangun untuknya, kini luruh kembali mengalir bersama air matamu yang mulai mengering.
                Harapan yang biasa kau junjung tinggi  diatas awan bedebam jatuh ke tanah dengan cepat. Rasa sakit itu tak sebanding dengan apa yang aku alami untukmu, tak sebanding dengan sakitnya hati saat kau mengatakan bahwa hanya ada ruang untuknya. Lantas kemudian kau tutup hatimu dan kau kunci rapat. Namun apabila melihatmu seperti ini terus, kukira malaikat yang terbiasa mengetahui apa yang dulu sampai sekarang kurasa itu akan mendo’akanmu, mencoba membuatmu tentram, nyatanya  seolah tak bisa berkutik, seakan itu memang sangat menyakitkan.
                Aku akui itu tak biasa, tak pernah diduga sebelummnya. Tapi kau seakan lupa aku telah mengikatkanmu dulu bahwa ia tak baik untukmu. Yang ada kini hanya kau dan aku, rasa sakitmu, bajumu dan bajuku yang basah, dan rasa sakitku juga kembali kambuh. Tak bisa, aku tak kan bisa membuatmu seperti itu terus, bahagiamu bahagiaku juga. Ah, terkadang aku benci melihat wanita menangis, terlebih jika itu ibu dan kamu.
                Beberapa waktu saat jauh sebelum kau bertemu dengannya, sempat aku ungkapkan padamu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai guyonan semata.
                Refleks tanganku menggengam jemari lentikmu yang menutupi wajah sendu tak berujung, dan yang berusaha menutupi rasa sakitmu yang dalam. Jemarimu yang dingin sedingin hatimu itu ku coba hangatkan dengan  menggenggammu lantas ku tempelkan punggung tanganmu ke pipiku.  Setelah tanganmu agak sedikit hangat, tanganku berpindah menuju pipimu yang juga dingin, mencoba menghangatkan. Sambil ku sentuh halus pipimu, aku coba menatap matamu yang terus mengeluarkan air mata, ku hapus air mata yang mengalir di pipimu, juga di sudut matamu. Kau dengan tenaga yang tersisa menampik lembut tanganku dan kau kembali menutupi wajahmu dengan kedua telapak tanganmu.
                Semuanya terasa rumit, kau dan egomu. Tak bisakah aku menghiburmu sekali? Selama ratusan hari bersamamu, kau kuanggap berharga. Kau yang biasa akrab dengan senyum dan tawa, kau yang biasa tak takut cinta. Meskipun ruang hatimu tak diberikan sedkitpun  untukku, izinkan aku untuk menghibur hatimu.
                Tak ada maaf untuk dia, dia yang membiarkan keterkejutan dan kesedihan beradu bersama hujan. Dia yang tak melihatmu karena terlalu asyik bernostalgia bersama kekasih lamanya, itu memang menyakitkan. Aku bersegera datang menghampirimu dan membawamu ke tempat ini, tempat dimana kau selalu mencurahkan isi hatimu kepadaku, baik suka maupun duka. Kali ini tak ada cerita, cukup dengan tangismu aku segera tau, bertambah pula pengetahuan ku dengan kejadian dia di depan aku dan kau disini.
                Tersadar, tangismu belum  jua berhenti. Tak habis pikir, apapun akan ku lakukan untuk membuatmu bahagia. Disini, tanpa suara pula, aku rentangkan kedua tanganku. Kau segera menghampiri menyambut pelukku yang kau anggap simbol persahabatan kita. Ku elus rambut basahmu dan berbisik di telingamu.
                “Bila aku pegang kendali penuh pada cahaya, akan aku pastikan jalanmu terang..”
                Kau menjawabnya dengan anggukan dan isakan tangismu yang semakin keras, namun tetap tak dapat mengalahkan suara hujan.





Cerpen diatas merupakan gabungan dua inspirasi lagu Tulus yang berjudul Cahaya dan Langit Abu Abu. 
Pencipta: Tulus dan Ari Renaldi. 

Komentar

  1. Waah cerita tidak keluar dari maksud lagu cahaya dan langit Abu - Abu itu sendiri.. Keren kakaq

    BalasHapus
  2. Bagus kak, terus berkarya ya 😊

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Perasaan ada di Grup teman tulus itu ya teh ??

    BalasHapus
  5. Sray, itu paragraf 3 kalimat ke 2, mengikatkanmu atau mengingatkanmu?

    BalasHapus
  6. Aku bacanya sambil nyanyi 😂. Cerpennya bagus Sri, lanjutkan...👍👍👍

    BalasHapus
  7. waduh bagus sekali kak :)) sangan kreatif

    BalasHapus
  8. Bagus aku suka.. terus berkarya! 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Cahaya - Tulus

Program Adiwiyata SMAN 1 Cilimus